Kamis, 08 April 2010

Hanya ada kata "Bunda" di Hatiku  

Ini adalah kisah nyata yg pernah aku alami sebelumnya. Waktu itu aku masih duduk di bangku SD kelas 6. Dan tak lama sebelum itu, UAN akan dilaksanakan. Suatu saat kakak dan aku berdoa agar bisa masuk rumah sakit karena kita berdua ingin sekali dijenguk oleh orang2 dan membawa buah tangan untuk kita, ini adalah ide konyol aku dan kakakku perbuat sebelum menghadapi UAN. Kakak aku berumur 18 tahun, dipun sebentar lagi juga akan menghadapi UAN SMA. Tapi cobaan menimpa keluargaku. Namun aku dan keluargaku harus bisa tegar menghadapinya. Suatu pagi, aku dan dan keluargaku melakukan rutiniitas biasa yg sering dilakukan oleh para keluarga2 yg lainnya. Aku dan kakak lelaku pergi ke sekolah, sementara kakak permpuanku masih belajar menghadapi ujian praktek. Setelah belajar kakakku mengambil handuk dan mandi. Tiba tiba dia teriak meminta tolong karna sebagian tubuhnya tak bisa digerakkan. Akhirnya bunda memutuskan untuk membawanya ke Rumah Sakit dan ujian praktek pun ditunda. Saat di rumah sakit, kakakku divonis struk ringan, tapi janggal. Sebelum kejadian itu aku melihat kakak aku batuk batuk dan kepala pusing. Akhirnya dokter menyuruh kakak aku untuk istirahat di rumah sakit selama 3 hari. Dan esok adalah hari dimana kakak aku tes masuk perguruan tinggi yg terbagus di Indonesia. Akhirnya pun dokter mengijinkan, tes dimulai. Kakakku dengan kemampuan otak kirinya bisa mengerjakan soal dengan baik dan benar. Berharap agar bisa masuk Fakultas Kedokteran di universitas bergengsi tersebut. Tiba tiba malam setelah selesai tes, aku dan keluargaku dikagetkan untuk bisa menerima cobaan. Kakak aku divonis struk berat. aku dan keluarga dekat hanya bisa tabah dan pasrah mendengar berita itu. Keluarga, tetangga tetangga, teman teman dekat,rekan rekan sampai guru guru dan kepala sekolah pun menjenguk kakakku dan memanjatkan doa agar kakakku sembuh dan bisa melaksanakan UAN SMA. Sebenarnya ini yg aku dan kakakku harapkan, bisa dijenguk oleh kerabat dan dapat buah tangan. Tapi mengapa Tuhan memberi kita lebih, yaitu sesuatu yg tidak kita harapkan. Kita berencana dan Tuhan yang mengatur.

Detik detik menjelang UAN, aku dan keluarga berkumpul memanjatkan doa agar sang kakak bisa sembuh dari penyakitnya. Tapi,, Tuhan berkehendak lain. Dokter memanggil kedua orang tuaku ke ruang dokter dan aku si anak kecil yg hanya bisa duduk dan menunggu ayah dan bundaku keluar dari ruang dokter. Lama sekali aku menunggu mereka keluar dan berharap tidak terjadi apa apa. Tiba2 satu persatu keluar, dimulai dari ayahku yang matanya sudah sembab selama di ruang dokter dan tiba2 badannya lemas dan jatuh pingsan. Para suster pun membawa ayahku ke ruang UGD. Dan sekali lagi aku disana hanya bisa melihat ayahku jatuh pingsan dan gag tau harus berbuat apa. Bunda yg begitu tegar keluar, beliau sama sekali tidak panik. Wajah tegarnya mengatakan bahwa tidak ada apa apa, tapi aku tahu hati kecilnya mengalir air mata yg begitu deras. Beliau tabah, kuat, dan berusaha untuk tidak menceritakan kepada orang. Walaupuna aku tau di dalam dirinya bunda begitu lemas dan tak berdaya menghadapi cobaan tersebut. Sepasang suami istri itu tau keadaan sang buah hati pertamanya telah mengindap penyakit dalam. "Meningitis" itulah nama penyakitnya, penyakit yg belum pernah aku tahu penyebab dan asal muasalnya. Dokter bilang meningitis semacam kanker yg terjadi pada otak dan dalam arti bahasa Indonesiananya penyakit ini adalah radang selaput otak, dimana di dalam otak terdapat banyak cairan yg sudah tak bisa ditampung lagi oleh otak dan akhirnya menyebar ke seluruh bagian tubuh manusia. Hampir sebagian orang dari penyakit ini tak bisa ditolong dan tak bisa diselamatkan.Kakakku tak berdaya, dia tak tahu bahwa dia mengindap penyakit yg begitu serius dan parah. Operasi pertama dimulai. Kita sekeluarga dan kerabat hanya bisa pasrah,berdoa dan menunggu hasilnya di depan ruang operasi. Dan alhasil kakak aku makin parah penyakitnya. Di sisi lain, tes pengumuman masuk perguruan tinggi bergengsi tersebut menyatakan bahwa kakakku lolos seleksi, tapi apa daya. Cobaan selalu datang tiba tiba dan nikmatpun juga selalu datang tiba tiba. Operasi pertama gagal, tapi alhamdulliah sujud syukur nyawa kakakku masih tertolong. Karena keterbatasan tenaga medis dan alat2 kurang memadai, dokter menyarankan untuk membawa kakakku berobat di Jakarta. Kedua orang tuaku menyetujui hal itu. Sementara aku dan kakakku hidup terkatung katung di kota kecil ini. Sang bunda dan sang kakak perempuanku berada di jakarta dan aku dengan kakak lelakiku tinggal di kota ini karena aku akan menghadapi UAN SD, dan sementara sang ayah bekerja memabnting tulanhg mencari biaya pengobatan untuk kakakku.

Sebulan telah berlalu, aku ayahku dan kakak lelakiku terbang ke jakarta untuk merawat kakakku. Saat aku datang operasi pertama telah selesai dan apa yg aku lihat saat itu, rambut kakakku yg selalu ditutupi oleh mahkotanya, kini ia buka dan terlihat tak ada 1 helai rambut pun yg ada di kepalanya,botak dan tak berambut. Terlihat bekas jahitan kepala yg membumbung di kepalanya. Kita hanya bisa pasrah. Suatu pagi ketika aku terbangun, para suster dan bunda memandikan kakakku dan aku mendengar ucapan "bunda, siapa mereka, terus ini apa? Topi yaa??". Serentak hatiku perih dia tak tahu siapa aku dan yang dia pegang itu adalah sehelai celana dalam yang langsung dia taruh di kepala karena mengira benda tersebut adalah topi. Perih rasanya, air mata tak terbendung lagi, tapi aku berusaha untuk bisa tegar dan kuat. Kakak aku harus sembuh, dia pasti bisa menjadi dokter. Dan aku juga bisa menjadi dokter. Pernyataan itu adalah obsesi kita di masa lampau. Kakak aku begitu lugu dan seperti anak balita. Kelakuannya bener bener seperti bayi yg berumur 2-3 tahun. Kuatkan hati hamba dan keluarga ya Allah, berikan kami mukzizat agar kakak hamba bisa sembuh dan dapat meraih mimpinya. Hari demi hari sudah kita lalui di Jakarta, tetapi keadaan sang kakak selalu saja tak stabil, kadang koma, kadang sehat. Tiap hari hanya asupan obat dan terapi yg bisa dia jalani. Saat itu aku harus balik karena belum mendaftar sekolah menengah perguruan. Aku, kakak lelaki dan ayahku kembali pulang. Sebenarnya kita ingin sekali dsni sampai kakak akku sembuh tapi aktifitas di balikpapan harus dijalani. Tak tahu harus mendaftar bagaimana, aku dan kakak lelakiku hanya bermodalkan uang Rp 50.000,- berani mendaftarkan di di SMP dekat rumah. Alhmadulillah aku diterima di sekolah itu. Tapi, kami berdua bingung bagaimana bisa membayar semua pembayaran. Kami hanya memiliki cukup uang buat makan, dan tidak dibekali untuk membayar pendaftaran masuk. Masa itu adalah masa yg sangat kritis bagi keluargaku, aku pun menelpon bunda sambil menangis karena tak bisa membayar pendaftaran masuk. Bundapun hanya bisa pasrah di pulau sana, tak kehabisan akal seorang ibu bijak, beliau memberanikan diri untuk meminta tolong kepada seorang guru SMA untuk meminjam uang, kelak jikalau sudah punya uang akan dikembalikan. Rejeki datang tepat waktunya, akupun bisa membayar dengan uang pinjaman dr seorang guru SMA yg sekaligus anaknya adalah teman baikku.

Musim masuk sekolah tiba, sekarang aku menjadi anak yg berseragam putih biru tua. Tapi aku tetap sedih, gag ada orang tua yg mendampingiku di wktu aku masuk gerbang SMP.senag sekali bertemu teman teman baru dan guru baru, segalanya serba baru. 2 bulan kemuadian hatiku riang dan gembira "BUNDA" pulang, membawa kakakku yang sekarang kian mengurus dan tak berambut. Tak lepas dari itu aku tak bisa tidur dengan bunda, bunda masih saja harus menemani kakak di rumah sakit. orang orang berdatangan. dan tiap hari pun selepas pulas pulang sekolah aku selalu ke Rumah Sakit. tak tahan melihat sum sum tulang kakakku diambil, tubuhku dan para tetangga menjenguk lemas. tak kuat melihatnya. tapi, ada sesosok orang yang tegar dan kuat, beliau membantu suster untuk mengambil sampel sum sum tulang, dialah bunda. ayahku saja tak berani untuk melihat peristiwa itu. bundaku begitu gagah perkasa. aku bangga memiliki bunda seperti dia. Tak beberapa lama kemudian, kakakku harus menjalani operasi yang untuk keberapa kalinya. Sungguh kasian nasib kakakku, aku selalu berdoa buat kesembuhan kakakku. tapi Tuhan menjawab lain. TAKDIR, kita gag bisa memungkiri itu semua. Hanya yang memiliki ketuguhan dan ketegaran jiwa yang bisa lulus cobaan yang teramat berat. mungkin keluargaku masih belum lulus dengan itu semua, karena dalam hal ini cobaan akan terus ada sampai kita meninggal nanti, dan cobaan akan mengurangi dosa kita selama kita hidup. Aku terus berdoa, agar bisa tabah menghadapi semuanya.
hidup aku tanpa bunda adalah HAMPA. seperti dunia yang tak ada OKSIGEN. bunda memberikan segalanya. beliau memenuhi kebutuhanku walaupun kebutuhannya diri sendiri secara materi hampir tidak pernah dia penuhi. aku gag pernah melihat ibuku berdandan, jalan sendiri, memakai kalung gelang intan perhiasan yang mahal. Beliau begitu sederhana, dia sesosok orang yang bisa menjadi panutan buat bunda bunda lainnya. dana akupun belajar banyak dari beliau. Aku ingin seperti bunda yang selalu bisa menjadi perisai keluarga, di kala ayahku tak ada karena harus mencari sebutir berlian, bunda selalu ada di samping. beliau begitu berjasa bagiku.

Mom always glows and shine my heart
Bagiku ucapan untuk selamat hari IBU adalah setiap hari, bukan setiap tanggal 22 Desember


Bunda is my wonderful hero